Senin, 22 Juni 2009

Limbah Industri Gula Melalui Pengolahan Biologis

PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI GULA MELALUI PENGOLAHAN BIOLOGIS DAN KIMIAWI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KECERNAANYA SECARA IN VITRO

Oleh: Yusuf Widodo,Ir.M.P
Lembaga Penelitian
Dibuat: 2007-11-12 , dengan 1 file(s).

Keywords: Gula,Kimiawi,Biologis
Subject: Limbah
Call Number: 628.54 Wid p c.1

http://digilib.unila.ac.id/go.php?id=laptunilapp-gdl-res-2007-yusufwidod-659

Abstrak

Limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan altematif adalah limbah dari perkebunan tebu. Limbah dari tebu ini yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan antara lain adalah mollases, blotong, dan pucuk tebu.

Pucuk tebu adalah limbah tebu yang memiliki potensi sangat besar. Pucuk tebu dapat dimanfaatkan untuk pakan rum__inansia. Salah satu kelemahan dari pucuk tebu adalah kandungan serat kasar yang tinggi. Untuk meningkatkan manfaaat dari pucuk tebu make dilakukan pengolaban. Metode pengolahan yang biasa digunakan untuk pakan berserat tinggi adalah pengolahan kimiawi. Bahan kimia yang biasa digunakan adalah urea dan NaOH.

Fraksi limbah tebu lainnya yang masih memiliki nilai gizi yang baik adalah blotong. Blotting adalah limbah yang dapat dipisahkan dengan proses penapisan dalam proses klarifkasi nira. Untuk meningkatkan nilai gizi dari protein pada blotong perlu dilakukan fermentasi dengan menggunakan kapang.Keseimbangan asam amino diharapkan dapat ditingkatkan melalui fermentasi.Deugan meningkalnya kualitas protein diharapkan dapat meningkatkan kecernaan zat-zat makanan. Jenis kapang yang biasa digunakan adalah Saccharomyces cereviceae, Aspergillus oryzae, Aspergiltus niger.

Penelitian tahap pertama dilakukan terdiri dua bagian yaitu tahap pengolahan pucuk tebu dan penggunaannya dalam ransum Pucuk tebu akan dilakukan pengolahan dengan amoniasi, silase, dan hidrolisis dengan NaOH.Untuk menentukan cars pengolahan yang terbaik terhadap pucuk tebu maka dilalkukan penelitian secara in vitro. Perlakuan yang dicobakan pads perlakuan
vitro adalah: RI = Pucuk tebu tanpa pengolahan ;R2 = Pucuk tebu diolah secam Amoniasi; R3 = Pucuk tebu diolah secara Silase ; R4 = Pucuk tebu diolah secara Hidrolisis dengan NaOH. Berdasarkan basil penelitian tersebut, temyata metode
pengolahan yang baik untuk pucuk tebu adalah amoniasi. Untuk menentukan penggunaaanya dalam ransum dilakukan penelitian dengan rancangan acak lengkap 4 x 5 , tiap perlakuan diiilang 5 kali. Susunan perlakuannya adalah
sebagai berikut:
RO = 70% konsentrat +30% rumput lapang
RI = 70% konsentrat + 20% rumput lapang + 10% pucuk tebu teramoniasi
R2 =70% konsentrat + 10% rumput lapang + 20% pucuk tebu teramoniasi
R3 = 70% konsentrat + 0% rumput lapang + 30% pucuk tebu teramoniasi

Penelitian tahap kedua diawali dengan menentukan jenis kapang yang paling baik pada fermentasi blotong, Susunan perlakuannya sbb: RO = blotong tanpa pengolahan; Rl= blotong difermentasi dengan Saccharomyces cereviceae ;R2 = blotong difermentasi dengan Aspergillus oryzae ; R3=blotong difermentasi dengan Aspergillus niger R4 = blotong difermentasi dengan Rhizopus orryzae.Berdasarkan hasil peneliian tersebut fermentasi yang terbaik adalah menggunakan yeats Saccharomyces cereviceae . Untuk menentukan penggunaannya dalah ransum dilakukan penelitian dengan rancangan acak lengkap 5 x 5 , susunan
perlakuannya adalah sebagai berikut
RO = ransom basal
Rl = RO + 5% blotong terfermentasi dari BK ransom
R2 = RO + 10% blotong terfermentasi Bari BK ransum
R3 = RO + 15% blotong terfermentasi dari BK ransum
R4 = RO + 20% blotong terfermentasi dari BK ransum

Berdasarkan uji lanjut BNT menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata terhadap KCBK dan KCBO. Hasil nyata ditunjukkan pada paramter NH3 dan VFA. Berdasarkan kedua paramter tersebut menunjukkan bahwa perlakuan
amoniasi menunjukkan hasil yang lebih baik dibandinngkan perlakuan lainny& Oleh karena itu, pengolahan yang digunakan pada pucuk tebu dalam ransom adalah amoniasii.

Berdasarkan uji lanjut polinomial ortogonal menunjukkan bahwa penggunaan pucuk tebu teramoniasi dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan dan bahan organik berpola tinier dengan persamaan masing-masing Y = 37,739 +0,094X dan 39,361 + 0,114X. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan pucuk tebu dalam ransom semakin tinggi nilai kec emaannya

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis kapang terhadap parameter kecemaan menujukkan tidak berberda nyata. Hasil yang nyata terlihat dari parameter WA dan NH3. Berdasarkan parameter VFA dan NH3 menujukkan
bahwa penggunaan yeast Saccharomyces cereviceae sebagai bahan fermentasi pada blotong memberikan basil yang lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan kapang lainnya.Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan blotong dalam ransom

berpengaruh nyata terhadap kadar NH3. Berdasarkan uji lanjut polinomial ortogonal menunjukkan bahwa perlakuan memliki reespon linear terhadap kadar NH3 dengan persamaannya Y= 4,035 +0,237X. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan blotong semakin tinggi kadar NH3 ciran rumen.

Hasil analisis ragam dan analisis polinomial ortogonal menunjukkan bahwa perlakuan blotong dalam ransom tidak berbeda nyata terhadap WA dan kecemaan bahan organik ransum (KCBO). Hasil analisis ragam dan analisis polinomial ortogonal menunjukkan bahwa perlakuan blotong berbeda nyata terhadap kecemaan bahan kering ransum. Kurva responnya adalah linear dengan
persamaan Y=45,964 - 0,294X. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan blotong dalam ransum nilai kecemaan bahan keringnya menurun.

Hubungi kami:

DL Name: Lampung University Library

PublisherID: LAPTUNILAPP

Organization: Lampung University

Contact: Perpustakaan Universitas Lampung

Address: Jl.Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1

City: Bandar Lampung

Region: Lampung

Country: Indonesia

Phone: 62-721-706352

Fax: 62-721-706351

Admin Email: dedi[at]unila.ac.id

CKO Email: library[at]unila.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar